Review Novel Pingkan Melipat Jarak by Sapardi Djoko Damono

Lia Susanti

Pingkan: Melipat Jarak adalah novel terbaru karya Sapardi Djoko Damono, sastrawan ternama Indonesia yang telah menghasilkan banyak karya puitis dan prosa yang memikat. Novel ini diterbitkan pada tahun 2012 dan menjadi salah satu karya akhir beliau yang menorehkan jejak penting dalam lanskap sastra Indonesia.

Melalui novel ini, Sapardi mengajak pembaca untuk menjelajahi perjalanan panjang sebuah hati yang dipenuhi dengan rindu dan nostalgia. Novel ini mengisahkan Pingkan, seorang perempuan yang memiliki banyak cerita hidup yang membekas dalam ingatannya. Perjalanan hidupnya yang dipenuhi dengan kerinduan terhadap masa lampau dan mimpi-mimpi yang tak terwujud menjadi benang merah yang menghubungkan cerita-cerita dalam novel ini.

Sebuah Perjalanan Melalui Waktu dan Ingatan

Novel Pingkan: Melipat Jarak dibuka dengan kisah Pingkan yang tengah menjalani masa pensiun di sebuah rumah di tepi pantai. Di sini, ia menemukan dirinya terjebak dalam lautan kenangan masa lalu. Dalam perjalanan waktu, Pingkan bertemu kembali dengan banyak tokoh penting dalam hidupnya, seperti ayah, ibu, sahabat, dan cinta pertamanya.

Sapardi dengan mahir membelah waktu dan ingatan Pingkan, menuntun pembaca menyusuri lorong-lorong masa lalu yang penuh makna. Melalui alur cerita yang berpindah-pindah di antara masa kini dan masa lampau, pembaca diajak untuk merasakan bagaimana masa lalu senantiasa menghantui dan membentuk siapa diri Pingkan di masa kini.

Rindu dan Nostalgia: Benang Merah yang Memikat

Rindu menjadi tema utama yang mewarnai kisah Pingkan. Ia merindukan orang-orang yang telah pergi, seperti ayah dan sahabatnya, dan ia juga merindukan masa muda yang penuh dengan semangat dan harapan. Rindu yang mendalam ini terpancar dalam setiap kalimat yang ditulis Sapardi.

Nostalgia menjadi teman setia Pingkan dalam perjalanan menelusuri masa lalu. Sapardi dengan halus melukiskan suasana dan detail-detail masa lampau yang begitu familiar, sehingga pembaca seakan dapat merasakan sendiri nostalgia Pingkan. Aroma masakan ibu, suara tawa sahabat, dan pemandangan indah di kampung halaman menjadi gambaran nyata masa lalu yang membekas di hati Pingkan.

BACA JUGA:   Review Novel Eiffel, Tolong! by Clio Freya

Kisah Cinta yang Tak Terlupakan

Kisah cinta Pingkan dengan pria bernama Jaka menjadi salah satu alur cerita penting dalam novel ini. Cinta pertama yang penuh dengan harapan dan impian, namun akhirnya kandas. Kekecewaan dan kesedihan akibat kandasnya hubungan mereka meninggalkan luka yang mendalam di hati Pingkan.

Sapardi dengan indah melukiskan manis dan pahitnya kisah cinta Pingkan dan Jaka. Keindahan pertemuan pertama mereka, debar-debar cinta yang membuncah, hingga rasa kecewa dan sakit hati akibat perpisahan mereka digambarkan dengan begitu detail dan penuh perasaan.

Refleksi Kehidupan: Sebuah Perjalanan Menuju Pendewasaan

Melalui perjalanan Pingkan, Sapardi mengajak pembaca untuk merenung tentang makna hidup. Di dalam novel ini, kita diajak untuk memahami bahwa hidup ini adalah rangkaian perjalanan yang dipenuhi dengan suka duka, cinta dan kehilangan.

Pingkan yang awalnya tampak sebagai pribadi yang lemah dan terpuruk, lambat laun menunjukkan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi kenyataan hidup. Perjalanan hidupnya mengajarkannya untuk menerima kehilangan, mencintai dan menghargai masa kini, dan belajar untuk melepaskan masa lalu.

Gaya Bahasa yang Puitis dan Filosofis

Sapardi Djoko Damono dikenal dengan gaya bahasa yang puitis dan filosofis dalam setiap karyanya. Pingkan: Melipat Jarak tidak terkecuali. Sapardi menggunakan kata-kata yang indah, metafora yang tajam, dan kalimat-kalimat yang penuh makna untuk melukiskan suasana hati dan emosi tokoh.

Berikut ini beberapa contoh kalimat dalam novel yang menunjukkan gaya bahasa Sapardi:

  • "Jarak melipat diri, semakin dekat, semakin terasa, semakin menyakitkan, semakin tak tertahankan."
  • "Rindu ini seperti bayangan, selalu mengikutiku, tak pernah lelah, tak pernah lelah."
  • "Ingatan itu seperti air sungai, mengalir tanpa henti, membawa kenangan, membawa luka."
BACA JUGA:   Review Novel Mariposa

Penggunaan gaya bahasa yang puitis dan filosofis ini menjadikan novel Pingkan: Melipat Jarak sebagai karya sastra yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh hati dan memacu pikiran pembaca.

Sebuah Karya yang Memikat dan Bermakna

Pingkan: Melipat Jarak adalah novel yang penuh dengan makna dan pesan moral. Melalui kisah Pingkan, Sapardi mengajak kita untuk merenung tentang perjalanan hidup, rindu dan nostalgia, cinta dan kehilangan, serta arti pendewasaan.

Novel ini bukan hanya sebuah kisah tentang seorang perempuan yang merindukan masa lalu, tetapi juga sebuah cerminan tentang diri kita sendiri. Kita semua memiliki masa lalu yang dipenuhi dengan kenangan, rindu, dan luka. Melalui kisah Pingkan, kita diajak untuk belajar memahami diri kita sendiri, menerima masa lalu, dan melangkah maju dengan penuh harapan.

Also Read

Bagikan: