Pengantar
Buku "Sekolah Itu Candu" karya Roem Topatimasang adalah sebuah karya yang mengkritisi sistem pendidikan formal di Indonesia. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1998 dan telah mengalami beberapa kali cetak ulang, menunjukkan relevansinya yang terus bertahan hingga kini. Dalam buku ini, Roem Topatimasang mengajak pembaca untuk melihat sekolah dari perspektif yang berbeda, mempertanyakan fungsi dan tujuan sebenarnya dari institusi pendidikan yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita.
Latar Belakang Penulis
Roem Topatimasang adalah seorang penulis dan aktivis pendidikan yang telah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan alternatif. Pengalamannya yang luas dalam mengamati dan terlibat langsung dengan berbagai bentuk pendidikan di Indonesia memberikan dasar yang kuat bagi kritikannya terhadap sistem pendidikan formal. Dalam "Sekolah Itu Candu", Roem menggunakan pendekatan yang mendalam dan reflektif untuk mengungkap berbagai masalah yang ada dalam sistem pendidikan kita.
Isi Buku
Sekolah: Dari Athena ke Cuernavaca
Bab pertama buku ini berjudul "Sekolah: Dari Athena ke Cuernavaca". Dalam bab ini, Roem menelusuri asal-usul kata "sekolah" yang berasal dari bahasa Yunani kuno, "skhole", yang berarti waktu luang yang digunakan untuk belajar. Ia menggambarkan bagaimana konsep sekolah telah berevolusi dari sekadar kegiatan mengisi waktu luang menjadi institusi formal yang sangat terstruktur dan sistematis. Roem juga membahas bagaimana sekolah telah menjadi alat bagi kekuatan besar yang mengatasnamakan pembangunan, industrialisasi, dan globalisasi.
Kritik Terhadap Sistem Pendidikan Formal
Roem Topatimasang tidak hanya mengkritik sistem pendidikan formal dari segi struktur dan tujuan, tetapi juga dari segi metode pengajaran dan kurikulum. Ia berpendapat bahwa sekolah sering kali lebih fokus pada pencapaian akademis dan ijazah daripada pengembangan karakter dan keterampilan hidup siswa. Roem juga menyoroti bagaimana sistem pendidikan formal cenderung mengabaikan potensi individu dan memaksakan standar yang sama untuk semua siswa, tanpa mempertimbangkan perbedaan kemampuan dan minat mereka.
Pendidikan Sebagai Candu
Salah satu poin utama dalam buku ini adalah analogi yang digunakan Roem untuk menggambarkan sekolah sebagai "candu". Ia mengutip Karl Marx yang menyebut agama sebagai candu bagi masyarakat, dan menerapkan konsep yang sama pada sekolah. Menurut Roem, sekolah menciptakan ilusi bahwa pendidikan formal adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Padahal, kenyataannya tidak selalu demikian. Banyak orang yang sukses dan bahagia tanpa melalui jalur pendidikan formal yang konvensional.
Pengalaman Pribadi dan Studi Kasus
Dalam buku ini, Roem juga menyertakan berbagai pengalaman pribadi dan studi kasus yang mendukung argumennya. Ia menceritakan kisah-kisah nyata dari berbagai daerah di Indonesia yang menunjukkan bagaimana sistem pendidikan formal sering kali gagal memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat. Roem juga mengangkat contoh-contoh pendidikan alternatif yang berhasil memberikan dampak positif bagi siswa dan komunitas mereka.
Solusi dan Alternatif
Meskipun buku ini banyak berisi kritik, Roem juga menawarkan solusi dan alternatif untuk memperbaiki sistem pendidikan. Ia mengusulkan pendekatan pendidikan yang lebih fleksibel dan berbasis komunitas, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi individu. Roem juga menekankan pentingnya pendidikan karakter dan keterampilan hidup, yang sering kali diabaikan dalam sistem pendidikan formal.
Relevansi dan Dampak
"Sekolah Itu Candu" tetap relevan hingga saat ini karena kritik dan solusi yang ditawarkan Roem masih sangat relevan dengan kondisi pendidikan di Indonesia. Buku ini telah menginspirasi banyak orang untuk berpikir kritis tentang sistem pendidikan dan mencari alternatif yang lebih baik. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga oleh komunitas dan masyarakat luas yang mulai menyadari pentingnya pendidikan yang lebih inklusif dan holistik.
Penutup
Buku "Sekolah Itu Candu" karya Roem Topatimasang adalah sebuah karya yang penting untuk dibaca oleh siapa saja yang peduli dengan masa depan pendidikan di Indonesia. Dengan gaya penulisan yang kritis dan reflektif, Roem mengajak kita untuk mempertanyakan kembali fungsi dan tujuan dari sekolah, serta mencari alternatif yang lebih baik untuk pendidikan yang lebih inklusif dan holistik.
: Perempuan Membaca
: Identitas Unhas
: INSISTPress
: Penadiksi
: Dhian Andriani
: Perempuan Membaca