Review Buku KKN di Desa Penari

Sinta Ananda

Pengantar

Novel "KKN di Desa Penari" karya Simpleman telah menjadi fenomena di dunia literatur Indonesia. Buku ini diadaptasi dari utas Twitter yang viral dan berhasil menarik perhatian banyak pembaca dengan kisah horor yang mencekam. Diterbitkan oleh Bukune pada 13 September 2019, novel ini mengisahkan pengalaman sekelompok mahasiswa yang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa terpencil yang penuh misteri.

Alur Cerita yang Menegangkan

Cerita dimulai dengan Widya, salah satu tokoh utama, yang sedang berkendara motor melalui hutan. Suara tabuhan gamelan mulai terdengar, semakin mendayu-dayu dan mendekat. Tanpa diduga, Widya melihat seseorang menari dengan penuh semangat di tengah malam yang gelap gulita. Sosok tersebut bergerak mengikuti irama gamelan dengan lincah dan elegan. Misteri semakin terungkap ketika Widya dan temannya sampai di desa setelah tiga puluh menit perjalanan. Atap rumah di desa tersebut terlihat samar-samar dengan cahaya yang meskipun temaram, masih bisa terlihat dengan jelas oleh mata mereka.

Karakter yang Kuat dan Hidup

Novel ini menghadirkan karakter-karakter yang kuat dan hidup. Widya, Nur, Ayu, Anton, dan Bima adalah mahasiswa yang menjalani KKN di desa tersebut. Mereka mengalami berbagai kejadian aneh dan menakutkan selama berada di desa itu. Penulis berhasil menggambarkan karakter-karakter ini dengan baik, sehingga pembaca dapat merasakan ketegangan dan ketakutan yang mereka alami.

Penggambaran Setting yang Kuat

Salah satu keunggulan novel ini adalah kekuatan penggambaran setting. Penulis berhasil menggambarkan setiap peristiwa yang dilekatkan pada setting, membuat pembaca masuk ke dalam atmosfir situasi. Pembaca seperti bisa melihat tempat dan peristiwanya, meskipun tentu saja hal itu didukung oleh imajinasi pembaca. Desa yang digambarkan dalam novel ini terasa sangat nyata dan menambah kesan horor yang mencekam.

BACA JUGA:   Menjelajahi Pikiran Cemerlang Bertrand Russell: Sebuah Perjalanan Melalui Karya-Karya Filosofisnya

Dua Sudut Pandang yang Menarik

Novel ini dikemas dalam dua versi sudut pandang, yaitu versi Widya dan versi Nur. Hal ini memberikan perspektif yang berbeda dan menambah kedalaman cerita. Meskipun ada beberapa bagian yang terasa seperti membaca ulang, terutama ketika tokoh Widya dan Nur berada dalam tempat dan waktu yang sama, namun hal ini tidak mengurangi ketertarikan pembaca terhadap cerita.

Kelebihan dan Kekurangan Novel

Kelebihan

  1. Penggambaran Setting yang Kuat: Setting desa yang digambarkan dalam novel ini terasa sangat nyata dan menambah kesan horor yang mencekam.
  2. Karakter yang Kuat dan Hidup: Penulis berhasil menggambarkan karakter-karakter dengan baik, sehingga pembaca dapat merasakan ketegangan dan ketakutan yang mereka alami.
  3. Dua Sudut Pandang yang Menarik: Novel ini dikemas dalam dua versi sudut pandang, yaitu versi Widya dan versi Nur, yang memberikan perspektif yang berbeda dan menambah kedalaman cerita.

Kekurangan

  1. Beberapa Bagian Terasa Mengulang: Karena dikemas dalam dua versi sudut pandang, ada beberapa bagian yang terasa seperti membaca ulang, terutama ketika tokoh Widya dan Nur berada dalam tempat dan waktu yang sama.
  2. Penghilangan Bahasa Jawa: Beberapa pembaca mungkin merasa kehilangan nuansa lokal karena penghilangan Bahasa Jawa dalam novel ini.

Kesimpulan

Novel "KKN di Desa Penari" berhasil membawa pembaca dalam perjalanan yang mencekam dan penuh ketegangan. Dengan alur cerita yang menarik, karakter yang kuat, dan penggambaran setting yang hidup, novel ini layak untuk dibaca oleh para pecinta horor. Meskipun ada beberapa kekurangan, namun hal ini tidak mengurangi daya tarik dari cerita yang disajikan.

: Gramedia
: Rudicahyo

Also Read

Bagikan: