Review Novel "Amba" Karya Laksmi Pamuntjak

Rina Pratiwi

Profil Penulis: Laksmi Pamuntjak

Laksmi Pamuntjak adalah seorang penulis multitalenta asal Jakarta, Indonesia. Lahir pada 24 Desember 1971, Laksmi tidak hanya dikenal sebagai novelis, tetapi juga sebagai penyair, jurnalis, dan penulis makanan. Dia adalah pendiri toko buku Aksara dan aktif menulis opini di berbagai media internasional seperti The Guardian. Karya-karyanya mencakup berbagai genre, mulai dari puisi hingga novel, dan dia telah menerbitkan beberapa buku yang mendapat pengakuan luas, termasuk "Aruna dan Lidahnya" dan "Kekasih Musim Gugur".

Detail Novel "Amba"

Novel "Amba" pertama kali diterbitkan pada September 2012 oleh Gramedia Pustaka Utama. Dengan tebal 577 halaman, novel ini termasuk dalam kategori novel dewasa (21+). "Amba" telah dicetak ulang berkali-kali dan mendapatkan berbagai penghargaan, termasuk LiBeraturpreis 2016 di Jerman, yang ditujukan untuk penulis perempuan dari Amerika Latin, Asia, Afrika, Arab, dan wilayah Karibia.

Sinopsis Novel "Amba"

Cerita dalam novel "Amba" dimulai pada tahun 2006, ketika tokoh utama, Amba, pergi ke Pulau Buru untuk mencari kekasihnya, Bhisma, yang hilang setelah ditangkap oleh pemerintah Orde Baru. Bhisma adalah seorang dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur, yang dituduh sebagai komunis dan dibuang ke Pulau Buru. Amba, yang hamil di luar nikah dengan Bhisma, tidak pernah berhenti mencintainya dan berusaha menemukan jejaknya di pulau tersebut.

Tema dan Penokohan

Novel ini menggabungkan latar belakang sejarah Indonesia dengan kisah cinta yang rumit. Amba, sebagai tokoh utama, digambarkan sebagai wanita yang kuat dan berani, yang tidak pernah menyerah dalam mencari cintanya. Bhisma, di sisi lain, adalah seorang dokter yang idealis dan penuh kasih sayang, yang terjebak dalam situasi politik yang kejam. Melalui karakter-karakter ini, Laksmi Pamuntjak berhasil menggambarkan kompleksitas emosi manusia dalam menghadapi tragedi dan kehilangan.

BACA JUGA:   Review Novel "Hujan" Karya Tere Liye

Kelebihan dalam Novel "Amba"

Salah satu kelebihan utama dari novel "Amba" adalah kemampuannya untuk menggabungkan sejarah dengan fiksi secara harmonis. Laksmi Pamuntjak menggunakan latar belakang peristiwa G30S dan kekerasan politik tahun 1965 sebagai panggung untuk kisah cinta yang mendalam antara Amba dan Bhisma. Prosa Laksmi yang indah dan mudah dibaca membuat pembaca terhanyut dalam cerita. Selain itu, penelitian mendalam yang dilakukan oleh penulis tentang sejarah Indonesia memberikan keaslian dan kedalaman pada narasi.

Kekurangan dalam Novel "Amba"

Meskipun memiliki banyak kelebihan, novel "Amba" juga memiliki beberapa kekurangan. Beberapa pembaca merasa bahwa alur cerita terkadang berjalan lambat dan terlalu detail. Selain itu, kompleksitas tema dan banyaknya karakter yang diperkenalkan bisa membuat pembaca merasa kewalahan. Namun, kekurangan-kekurangan ini tidak mengurangi kualitas keseluruhan dari novel ini.

Penghargaan dan Pengakuan

"Amba" telah mendapatkan berbagai penghargaan dan pengakuan internasional. Selain memenangkan LiBeraturpreis 2016, novel ini juga dipuji oleh banyak sastrawan dan tokoh-tokoh besar. Penghargaan ini menunjukkan bahwa "Amba" bukan hanya sekadar novel cinta biasa, tetapi juga karya sastra yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi.

Kesimpulan

Novel "Amba" karya Laksmi Pamuntjak adalah sebuah karya yang menggabungkan sejarah dan fiksi dengan sangat baik. Dengan latar belakang peristiwa sejarah yang penting dan karakter-karakter yang kuat, novel ini berhasil menarik perhatian banyak pembaca dan mendapatkan berbagai penghargaan internasional. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, "Amba" tetap menjadi salah satu novel terbaik yang pernah ditulis oleh Laksmi Pamuntjak.

: Gramedia
: Goodreads
: Dian Restu Agustina’s Blog
: Helter Skelter Magazine

Also Read

Bagikan: