Review Novel Calabai: Perempuan dalam Tubuh Lelaki by Pepi Al-Bayqunie

Dewi Anggraini

"Calabai: Perempuan dalam Tubuh Lelaki" merupakan novel karya Pepi Al-Bayqunie yang diterbitkan pada tahun 2018. Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Calabai, seorang transgender perempuan di Indonesia, dan perjuangannya untuk menemukan identitas dan makna hidup di tengah stigma sosial dan norma budaya yang mengikat.

Mengupas Realita Transgender di Indonesia: Sebuah Refleksi Sosial

Pepi Al-Bayqunie dengan lihai menghadirkan realita kehidupan transgender di Indonesia melalui tokoh Calabai. Novel ini menjadi cerminan bagaimana transpuan di Indonesia seringkali menghadapi diskriminasi, kekerasan, dan penolakan dari lingkungan sekitar. Calabai, yang terlahir sebagai laki-laki namun merasa terjebak dalam tubuh yang salah, harus berjuang keras untuk menemukan jati dirinya dan diterima oleh masyarakat. Ia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari cibiran dan pelecehan verbal hingga kekerasan fisik.

Al-Bayqunie dengan cerdas menggambarkan dilema Calabai yang ingin diterima sebagai perempuan, tetapi harus berhadapan dengan stigma dan pandangan negatif masyarakat. Novel ini menjadi pengingat bahwa transgender bukan sekadar pilihan hidup, melainkan sebuah identitas yang harus diakui dan dihormati. "Calabai" bukan hanya sekadar cerita fiksi, tetapi juga refleksi sosial yang menggugah kesadaran tentang pentingnya toleransi dan penerimaan terhadap perbedaan.

Perjalanan Menuju Penemuan Diri: Sebuah Proses yang Menyakitkan

Perjalanan Calabai dalam menemukan jati dirinya tidaklah mudah. Ia harus melalui berbagai proses yang menyakitkan, baik secara fisik maupun mental. Novel ini menggambarkan dengan detail perjuangan Calabai untuk mengakses perawatan medis dan mendapatkan identitas yang sesuai dengan gendernya. Al-Bayqunie menyinggung isu-isu sensitif seperti stigma terhadap transgender, diskriminasi dalam layanan kesehatan, dan kekerasan berbasis gender.

Perjalanan Calabai merupakan gambaran nyata dari perjuangan transgender dalam menghadapi berbagai rintangan. Novel ini mengajak pembaca untuk memahami kompleksitas identitas gender dan empati terhadap penderitaan yang dialami oleh komunitas transgender.

BACA JUGA:   Review Novel Resign! by Almira Bastari

Merangkul Cinta dan Persahabatan: Mencari Kemanusiaan di Tengah Stigma

Di tengah stigma dan penolakan, Calabai menemukan kekuatan dalam cinta dan persahabatan. Novel ini menggambarkan bagaimana cinta dan persahabatan dapat menjadi sumber kekuatan bagi Calabai dalam menghadapi berbagai tantangan. Ia menemukan pengakuan dan penerimaan dari orang-orang yang peduli dan mencintainya, seperti sahabatnya, Rara. Rara menjadi representasi dari sosok yang menerima dan menghargai Calabai apa adanya.

"Calabai" menunjukkan bahwa meskipun hidup di tengah masyarakat yang penuh dengan diskriminasi, masih ada harapan dan keadilan. Melalui cinta dan persahabatan, Calabai mampu menemukan kekuatan dan keberanian untuk melawan stigma dan menentang norma yang membelenggu.

Menyoroti Peran Keluarga: Dukungan dan Penolakan

Keluarga memegang peranan penting dalam membentuk identitas seseorang, termasuk Calabai. Dalam novel ini, keluarga Calabai digambarkan sebagai representasi dari dua kutub: dukungan dan penolakan. Ibu Calabai, meskipun tidak sepenuhnya memahami, memberikan dukungan moral, sementara ayah dan saudara laki-lakinya bersikap menolak dan tidak menerima.

Melalui keluarga Calabai, novel ini menyoroti bagaimana lingkungan keluarga dapat menjadi faktor penentu dalam pembentukan identitas dan penerimaan terhadap transgender.

Menjelajahi Tema Kesadaran Gender: Sebuah Pengingat untuk Berempati

"Calabai" tidak hanya mengisahkan tentang perjuangan Calabai sebagai seorang transgender, tetapi juga menyoroti tema kesadaran gender yang lebih luas. Novel ini mengajak pembaca untuk merefleksikan bagaimana norma dan stigma sosial dapat menciptakan ketidakadilan bagi transgender. Al-Bayqunie dengan cerdas menyisipkan berbagai dialog dan narasi yang menyadarkan pembaca tentang pentingnya memahami dan menghargai perbedaan gender.

Melalui Calabai, novel ini menjadi sebuah pengingat bagi pembaca untuk lebih empati terhadap transgender dan memahami bahwa mereka berhak hidup dengan identitas dan martabat yang sama seperti manusia lainnya.

Also Read

Bagikan: