Review Novel Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati by Calvin Michel Sidjaja

Maya Kartika

Calvin Michel Sidjaja, penulis muda yang namanya mulai dikenal di dunia literasi Indonesia, kembali hadir dengan novel terbarunya "Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati." Novel ini merupakan kelanjutan dari novel sebelumnya, "Jukstaposisi," dan kembali mengusung tema filsafat, agama, dan realitas yang kompleks.

Sebuah Kisah yang Menantang dan Menyeramkan

"Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati" bercerita tentang perjalanan seorang tokoh bernama Adam yang tengah berjuang untuk memahami makna kehidupan dan mencari jawaban atas pertanyaan eksistensial yang mendalam. Kisah ini diawali dengan kemunculan sosok "tuhan mati," yang ternyata merupakan manifestasi dari kekecewaan manusia terhadap keberadaan Tuhan.

Keberadaan "tuhan mati" ini menimbulkan kekacauan dan pertentangan di dunia. Adam, yang terjebak dalam pusaran konflik ini, harus mencari cara untuk mengungkap misteri di balik "tuhan mati" dan mencari jalan keluar dari kekacauan yang merajalela.

Menjelajahi Dimensi Realitas dan Filsafat

Salah satu kekuatan utama dari "Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati" adalah eksplorasi terhadap dimensi realitas dan filsafat yang mendalam. Calvin Michel Sidjaja dengan mahir menggabungkan elemen-elemen mistis dan supernatural dengan tema-tema seperti existentialism, nihilism, dan absurdisme.

Novel ini seolah menjadi cerminan dari pemikiran manusia modern yang dihadapkan dengan kerumitan kehidupan dan pencarian makna di tengah kebingungan dan ketidakpastian.

Sebuah Perjalanan Spiritual yang Mengerikan

"Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati" bukanlah novel yang mudah dicerna. Kisah yang disajikan penuh dengan metafora, simbolisme, dan intrik yang kompleks. Namun, di balik kerumitannya, terdapat perjalanan spiritual yang mendalam dan mengerikan.

Adam, sebagai tokoh utama, dipaksa untuk menghadapi ketakutannya sendiri, meragukan keyakinannya, dan mencari makna di tengah realitas yang mengerikan. Perjalanannya ini menjadi refleksi dari perjalanan spiritual setiap manusia yang mencari jati diri dan makna hidup.

BACA JUGA:   Review Novel "Arah Langkah" oleh Fiersa Besari

Gaya Penulisan yang Unik dan Menarik

Calvin Michel Sidjaja mengusung gaya penulisan yang unik dan menarik dalam "Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati." Dia menggunakan bahasa yang padat, metafora yang kuat, dan alur cerita yang penuh teka-teki.

Gaya penulisan ini membuat pembaca terhanyut dalam dunia novel dan terdorong untuk berpikir kritis tentang makna yang tersirat dalam setiap kalimat.

Kritis terhadap Agama dan Kepercayaan

Novel ini tidak hanya mengusung tema filsafat, tetapi juga kritis terhadap agama dan kepercayaan. Melalui "tuhan mati", Calvin Michel Sidjaja menunjukkan bahwa kepercayaan manusia terhadap Tuhan bisa menjadi sumber kekecewaan dan konflik.

"Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati" memaksa pembaca untuk mempertanyakan kembali kepercayaan mereka dan mencari makna di luar dogma dan ajaran agama yang kaku.

Menawarkan Tantangan dan Refleksi Mendalam

"Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati" bukanlah novel yang memberikan jawaban mudah. Justru, novel ini menawarkan tantangan dan refleksi mendalam kepada pembaca.

Melalui perjalanan Adam, Calvin Michel Sidjaja mengajak pembaca untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang kehidupan, kematian, Tuhan, dan makna. Novel ini memberikan ruang bagi pembaca untuk menemukan jawaban mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan pemikiran pribadi.

Sebuah Karya Sastra yang Membuka Pikiran

"Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati" bukanlah novel yang hanya bisa dibaca sekali lalu diletakkan di rak. Novel ini adalah sebuah karya sastra yang membuka pikiran dan menantang pembaca untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang kehidupan dan makna hidup. Bagi para pecinta sastra yang mencari novel dengan tema filsafat, agama, dan realitas yang kompleks, "Jukstaposisi: Cerita tuhan Mati" merupakan salah satu pilihan yang menarik.

Also Read

Bagikan: