Review Novel "Ranah 3 Warna"

Sinta Ananda

Pengantar

"Ranah 3 Warna" adalah novel kedua dari trilogi "Negeri 5 Menara" karya Ahmad Fuadi. Novel ini melanjutkan kisah Alif Fikri, seorang pemuda dari Maninjau yang penuh semangat dan cita-cita tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Madani, Alif menghadapi berbagai tantangan dalam mengejar impiannya. Novel ini tidak hanya menawarkan cerita yang inspiratif, tetapi juga menggambarkan perjuangan, kesabaran, dan ketekunan dalam menghadapi rintangan hidup.

Sinopsis Singkat

Cerita dimulai dengan Alif yang baru saja lulus dari Pondok Madani. Ia kembali ke kampung halamannya di Maninjau dengan harapan besar untuk melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) seperti idolanya, Habibie. Namun, Alif dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa ia tidak memiliki ijazah SMA, yang menjadi syarat utama untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Dengan semangat "man jadda wajada" (siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil), Alif memutuskan untuk mengikuti ujian persamaan SMA. Setelah berjuang keras, ia berhasil lulus meskipun dengan nilai yang pas-pasan. Alif kemudian memilih jurusan Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran (Unpad) di Bandung.

Perjuangan di Bandung

Di Bandung, Alif harus beradaptasi dengan kehidupan baru sebagai mahasiswa. Ia tinggal bersama sahabatnya, Randai, dan harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk masalah keuangan. Alif mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara uang kiriman dari orang tuanya hanya cukup untuk kebutuhan dasar.

Selain itu, Alif juga belajar menulis dari Bang Togar, seorang penulis yang mengajarinya tidak hanya tentang teknik menulis, tetapi juga tentang makna kehidupan. Melalui bimbingan Bang Togar, Alif mulai menemukan jati dirinya dan semakin yakin dengan impiannya.

Tantangan dan Rintangan

Selama kuliah, Alif menghadapi berbagai rintangan yang menguji kesabarannya. Salah satu momen paling emosional adalah ketika ayahnya jatuh sakit dan Alif harus pulang ke Maninjau. Dengan bantuan Randai, Alif berhasil pulang dan menemani ayahnya di rumah sakit.

BACA JUGA:   Review Novel "Pulang" Karya Tere Liye

Di tengah segala kesulitan, Alif selalu mengingat dua mantra yang diajarkan di Pondok Madani: "man jadda wajada" dan "man shabara zhafira" (siapa yang bersabar akan beruntung). Kedua mantra ini menjadi pegangan hidup Alif dalam menghadapi setiap cobaan.

Penggambaran Budaya Minangkabau

Salah satu aspek yang menonjol dari "Ranah 3 Warna" adalah penggambaran budaya Minangkabau yang kuat. Ahmad Fuadi dengan cermat menggambarkan kehidupan dan tradisi masyarakat Minang, mulai dari adat istiadat hingga nilai-nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya. Pembaca diajak untuk mengenal lebih dalam tentang budaya Minangkabau melalui deskripsi yang rinci dan imajinatif.

Inspirasi dan Motivasi

"Ranah 3 Warna" bukan hanya sekadar novel, tetapi juga sumber inspirasi dan motivasi bagi pembacanya. Kisah Alif yang penuh perjuangan dan ketekunan mengajarkan bahwa impian harus diperjuangkan meskipun menghadapi berbagai rintangan. Novel ini juga mengajarkan pentingnya kesabaran dan keyakinan dalam meraih kesuksesan.

Karakter dan Hubungan

Karakter-karakter dalam "Ranah 3 Warna" sangat kuat dan memiliki peran penting dalam perkembangan cerita. Alif sebagai tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang gigih dan penuh semangat. Randai, sahabat karib Alif, selalu mendukung dan memberikan bantuan di saat-saat sulit. Selain itu, ada juga karakter Bang Togar yang menjadi mentor bagi Alif dalam menulis dan memahami makna kehidupan.

Kesimpulan

"Ranah 3 Warna" adalah novel yang menggugah emosi dan memberikan banyak pelajaran berharga. Ahmad Fuadi berhasil menyajikan cerita yang inspiratif dengan penggambaran budaya yang kaya dan karakter-karakter yang kuat. Novel ini cocok dibaca oleh siapa saja yang membutuhkan motivasi dan inspirasi dalam mengejar impian.

: Goodreads
: Kumparan
: Kompasiana
: Kompasiana
: Firmankasan

Also Read

Bagikan: